Saturday, December 7, 2013

Tangisku adalah senyummu



Tangisku adalah senyummu

Pukul 06.00 di sebuah kost berukuran 3 X 4 M yang dihuni oleh sepasang sahabat yang sudah menjalin keakraban sejak kecil.Dia adalah Feby dan divy. Feby dan Divy memang mempunyai karakter yang berbeda. Feby seorang gadis yang cantik, pintar dan rajin. Sementara divy bertubuh tinggi, cantik, tetapi sifat yang sulit dihilangi adalah pemalas. Seperti biasa Feby sibuk membersihkan kamar  mini & menyiapkan sarapan pagi. Sementara Divy masih leha-leha di sofa sambil memandang Feby yang mondar-mandir.
Hari minggu,  jadwal mereka adalah ke Panti Asuhan yang  pernah menjadi tempat tinggal mereka di waktu kecil. Selama bertahun-tahun mereka baru berani menanyakan siapa orang tua mereka sebenarnya. Sampai di Panti Asuhan “KASIH BUNDA”  Ibu Dewi sebagai Kepala Panti Asuhan yang merawat mereka dari bayi hingga berumur  18 tahun itu menceritakan bahwa, sebelum Ibu Dewi tidur dia mendengar suara tangisan bayi yang sangat keras, lalu ia mencari dari mana asal suara tangisan tersebut. Setelah ia membuka pintu ada seorang bayi yang tergeletak tepat di  depan pintu. Ibu Dewi lalu mengambil bayi itu dan menenangkannya. Bayi itu memakai kalung emas berliontin Permata yang bertuliskan Divy. Tanpa berfikir panjang Bu Dewi lalu member nama bayi itu dengan nama Divy. Sementara Feby dan Divy  hanya bias termenung mendengar penjelasan Bu Dewi. Informasi tersebut sudah cukup untuk mencari orang tua kandung Divy, lalu mereka pun pulang.
Lain lagi dengan Feby, Ia memang ingin sekali betemu dengan orang tua kandungnya, tetapi dengan keadaan yang membuat dia mengeluh adalah penyakit  yang dideritanya, yaitu Kanker Otak. Feby berjanji pada dirinya sendiri,  sebelum dia pergi meninggalkan sahabat  yang  disayanginya itu, dia harus mempertemukan divvy dengan orang tua kandungnya. Selama ini Feby menyembunyikan penyakit mematikan itu. Dia tidak ingin kalau Divy sampai mengetahui tentang penyakitnya, karena kelak jika Feby meninggalkan divvy dia akan bahagia dengan orang tua kandungnya.
Waktu terus berjalan, sementara kedua sahabat tersebut belum juga menemukan orang tua kandung mereka masing-masing. Tapi yang paling penting buat Feby adalah menemukan orang tua Divy.  Siang hari, waktu Feby dan Divy sedang berbagi cerita dan bercanda di kamar Feby merasakan keanehan pada tubuhnya.  Tiba-tiba ia berteriak dan menjerit kesakitan sambil memegang kepalanya. Divy benar-benar panik pada saat itu,  dia berteriak minta tolong namun tak seorang pun yang mendengar pertolongannya. Dia kebingungan dan langsung membopong Feby dengan susah payah keluar kost sambil minta tolong.  Jalan  demi jalan ia lewati,  tepat saat mereka menyeberang dari arah yang  berlawanan sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi.  Mereka pasrah dengan keadaan yang mereka alami, karena Divy tidak sempat membawa  .Sangking bingung dan panik mereka hampir tertabrak oleh sedan cantik berwarna  Silver. Suara  rem yang mendadak terdengar sangat jelas. Kemudian seorang perempuan bertubuh tinggi, berkulit putih, dan membawa tas berwarna coklat menghampiri mereka. Tanpa bertanya-tanya dia langsung membopong Feby untuk masuk kedalam mobil dan membawanya ke RS. Di sepanjang perjalanan Divy menceritakan semua kejadian dan kehidupan yang dia alaminya selama ini. Perempuan itu pun memperkenalkan dirinya kepada Divy, dia bernana Erna Afiani, biasa dipanggil tante Erna. Tak lupa Divy memperlihatkan Kalung kesayangannnya itu. Tiba-tiba tante Erna memeluk dan mencium kening Divy, ia meneteskan air mata tetapi cepat-cepat diusapnya.
Percakapan tersebut terhenti karena mobil sudah sampai di RS “GRACIA MEDIKA”. Seorang laki-laki bertubuh tinggi mengenakan jas putih dan 2 orang  perawat dengan cepatnya menangani Feby. Jarum suntik pun menancap di kulit Feby, cairan penenang berhasil membuat Feby perlahan-lahan mulai  tenang. 15 menit kemudian John yang menangani Feby keluar dari ruang ICU. Dia meminta agar tante Erna dan Divy menunggu sampai pasien siuman. Mereka pun menuju keruang tunggu dan bercakap-cakap sambil menunggu perkembangan Feby. Lalu tante Erna mengatakan kalau Divy adalah anaknya, dia yakin kalau Divy adalah sosok malaikat kecil yang dulu telah hilang selama 18  Tahun akibat dari perceraiannya. Tante Erna berkata, sewaktu Divy masih berumur 4 Bulan tante Erna dan suaminya telah bercerai. Lalu suami tante Erna mengambil paksa kalau Divy harus ikut dengannya. Dia juga bilang, supaya adil Divy akan dibawa ke Panti Asuhan dan hidup disana. Tetapi sebelum kejadian itu tante Erna sempat memasang Kalung yang sama persis di pakai Divy. Divy tidak percaya dengan semua itu, tetapi hatinya berkata lain sewaktu tante Erna memeluk dan mencium keningnya dia merasakan sesuatu yang berbeda pada dirinya. Dia merasa aman dan nyaman saat di dekat Tante Erna, Divy langsung memeluk dan memanggil tante Erna dengan sebutan mama. Tangis dan kebahagiaan pun pecah saat divvy menemukan mama kandungnya.
Tak lama Kemudian Dr.John meminta Divy dan mamanya masuk keruang ICU untuk menemui Feby. Divy tak sanggup melihat orang yang di sayanginya terbaring lemas di ruang ICU. Perlahan-lahan Feby membuka matanya dan memberikan sinyal-sinyal kepada Divy kalau Feby membutuhkan kertas dan bolpoin. Divy hanya bisa membalas senyuman manis kepada Feby, tak lupa Divy berkata kepada Feby kalau dia sudah menemukan orang tua kandungnya, walaupun hanya mamanya saja. Setelah kertas dan bolpoin sudah berada di tangan Feby ia menulis sebuah pesan dan permintaan maaf kepada Divy.
“ Div, aku ingin bilang kepadamu kalau selama ini aku mempunyai penyakit Kanker Otak, maaf jika aku tak memberitahumu karena jika nanti aku sudah tiada, ada seseorang yang lebih dariku. Mau merawatmu, menasehatimu, menemani hari-harimu. Aku sangat bahagia kau sudah menemukan mama kandungmu. Aku harap kamu bisa bahagia dengannya, jangan lupakan aku,,,, aku sayang kamu…….”
                Keadaan mulai berubah, tiba-tiba Feby menarik nafas panjang dan bolpoin yang dipegangnya itu jatuh ke lantai. Perlahan-lahan Feby memejamkan matanya. Kemudian Divy kaluar ruangan dan berlari memanggil Dr.John. Tapi semua itu sudah terlambat. Sewaktu Dr.John dating Feby sudah tak tertolong lagi dan ia meninggalkan dunia ini. Divy tidak percaya dengan semua ini. Dia hanya bias menangis ,dia merasa kehilangan sosok pahlawan dalam hidupnya, seorang sahabat yang takkan pernah tergantikan. Perawat pun melepas semua peralatan yang digunakan Feby, mulai dari Infus dan tabung Oksigen. Kemudian mobil Ambulance melaju cepat membawa jenazah Feby untuk disemayamkan. Waktu pun berjalan, setelah semua keadaan stabil Divy memutuskan untuk tinggal bersama mamanya. Semua barang-barang Divy dibawa kerumah besar nan mewah milik mamanya. Akhirnya Divy dan mamanya hidup bersama, bahagia selama-lamanya.

No comments:

Post a Comment