Tangisku adalah senyummu
Pukul 06.00 di sebuah kost berukuran 3 X 4 M yang dihuni oleh sepasang
sahabat yang sudah menjalin keakraban sejak kecil.Dia adalah Feby dan divy.
Feby dan Divy memang mempunyai karakter yang berbeda. Feby seorang gadis yang cantik,
pintar dan rajin. Sementara divy bertubuh tinggi, cantik, tetapi sifat yang
sulit dihilangi adalah pemalas. Seperti biasa Feby sibuk membersihkan
kamar mini & menyiapkan sarapan
pagi. Sementara Divy masih leha-leha di sofa sambil memandang Feby yang
mondar-mandir.
Hari minggu, jadwal mereka adalah
ke Panti Asuhan yang pernah menjadi
tempat tinggal mereka di waktu kecil. Selama bertahun-tahun mereka baru berani
menanyakan siapa orang tua mereka sebenarnya. Sampai di Panti Asuhan “KASIH
BUNDA” Ibu Dewi sebagai Kepala Panti
Asuhan yang merawat mereka dari bayi hingga berumur 18 tahun itu menceritakan bahwa, sebelum Ibu
Dewi tidur dia mendengar suara tangisan bayi yang sangat keras, lalu ia mencari
dari mana asal suara tangisan tersebut. Setelah ia membuka pintu ada seorang
bayi yang tergeletak tepat di depan
pintu. Ibu Dewi lalu mengambil bayi itu dan menenangkannya. Bayi itu memakai
kalung emas berliontin Permata yang bertuliskan Divy. Tanpa berfikir panjang Bu
Dewi lalu member nama bayi itu dengan nama Divy. Sementara Feby dan Divy hanya bias termenung mendengar penjelasan Bu
Dewi. Informasi tersebut sudah cukup untuk mencari orang tua kandung Divy, lalu
mereka pun pulang.
Lain lagi dengan Feby, Ia memang ingin sekali betemu dengan orang tua
kandungnya, tetapi dengan keadaan yang membuat dia mengeluh adalah
penyakit yang dideritanya, yaitu Kanker
Otak. Feby berjanji pada dirinya sendiri,
sebelum dia pergi meninggalkan sahabat
yang disayanginya itu, dia harus
mempertemukan divvy dengan orang tua kandungnya. Selama ini Feby menyembunyikan
penyakit mematikan itu. Dia tidak ingin kalau Divy sampai mengetahui tentang
penyakitnya, karena kelak jika Feby meninggalkan divvy dia akan bahagia dengan
orang tua kandungnya.
Waktu terus berjalan, sementara kedua sahabat tersebut belum juga
menemukan orang tua kandung mereka masing-masing. Tapi yang paling penting buat
Feby adalah menemukan orang tua Divy.
Siang hari, waktu Feby dan Divy sedang berbagi cerita dan bercanda di
kamar Feby merasakan keanehan pada tubuhnya.
Tiba-tiba ia berteriak dan menjerit kesakitan sambil memegang kepalanya.
Divy benar-benar panik pada saat itu,
dia berteriak minta tolong namun tak seorang pun yang mendengar
pertolongannya. Dia kebingungan dan langsung membopong Feby dengan susah payah
keluar kost sambil minta tolong.
Jalan demi jalan ia lewati, tepat saat mereka menyeberang dari arah yang berlawanan sebuah mobil melaju dengan
kecepatan tinggi. Mereka pasrah dengan
keadaan yang mereka alami, karena Divy tidak sempat membawa .Sangking bingung dan panik mereka hampir
tertabrak oleh sedan cantik berwarna
Silver. Suara rem yang mendadak
terdengar sangat jelas. Kemudian seorang perempuan bertubuh tinggi, berkulit
putih, dan membawa tas berwarna coklat menghampiri mereka. Tanpa bertanya-tanya
dia langsung membopong Feby untuk masuk kedalam mobil dan membawanya ke RS. Di
sepanjang perjalanan Divy menceritakan semua kejadian dan kehidupan yang dia
alaminya selama ini. Perempuan itu pun memperkenalkan dirinya kepada Divy, dia
bernana Erna Afiani, biasa dipanggil tante Erna. Tak lupa Divy memperlihatkan
Kalung kesayangannnya itu. Tiba-tiba tante Erna memeluk dan mencium kening
Divy, ia meneteskan air mata tetapi cepat-cepat diusapnya.
Percakapan tersebut terhenti karena mobil sudah sampai di RS “GRACIA
MEDIKA”. Seorang laki-laki bertubuh tinggi mengenakan jas putih dan 2
orang perawat dengan cepatnya menangani
Feby. Jarum suntik pun menancap di kulit Feby, cairan penenang berhasil membuat
Feby perlahan-lahan mulai tenang. 15
menit kemudian John yang menangani Feby keluar dari ruang ICU. Dia meminta agar
tante Erna dan Divy menunggu sampai pasien siuman. Mereka pun menuju keruang
tunggu dan bercakap-cakap sambil menunggu perkembangan Feby. Lalu tante Erna
mengatakan kalau Divy adalah anaknya, dia yakin kalau Divy adalah sosok
malaikat kecil yang dulu telah hilang selama 18
Tahun akibat dari perceraiannya. Tante Erna berkata, sewaktu Divy masih
berumur 4 Bulan tante Erna dan suaminya telah bercerai. Lalu suami tante Erna
mengambil paksa kalau Divy harus ikut dengannya. Dia juga bilang, supaya adil
Divy akan dibawa ke Panti Asuhan dan hidup disana. Tetapi sebelum kejadian itu
tante Erna sempat memasang Kalung yang sama persis di pakai Divy. Divy tidak
percaya dengan semua itu, tetapi hatinya berkata lain sewaktu tante Erna
memeluk dan mencium keningnya dia merasakan sesuatu yang berbeda pada dirinya.
Dia merasa aman dan nyaman saat di dekat Tante Erna, Divy langsung memeluk dan
memanggil tante Erna dengan sebutan mama. Tangis dan kebahagiaan pun pecah saat
divvy menemukan mama kandungnya.
Tak lama Kemudian Dr.John meminta Divy dan mamanya masuk keruang ICU
untuk menemui Feby. Divy tak sanggup melihat orang yang di sayanginya terbaring
lemas di ruang ICU. Perlahan-lahan Feby membuka matanya dan memberikan
sinyal-sinyal kepada Divy kalau Feby membutuhkan kertas dan bolpoin. Divy hanya
bisa membalas senyuman manis kepada Feby, tak lupa Divy berkata kepada Feby
kalau dia sudah menemukan orang tua kandungnya, walaupun hanya mamanya saja.
Setelah kertas dan bolpoin sudah berada di tangan Feby ia menulis sebuah pesan
dan permintaan maaf kepada Divy.
“ Div, aku ingin bilang
kepadamu kalau selama ini aku mempunyai penyakit Kanker Otak, maaf jika aku tak
memberitahumu karena jika nanti aku sudah tiada, ada seseorang yang lebih
dariku. Mau merawatmu, menasehatimu, menemani hari-harimu. Aku sangat bahagia
kau sudah menemukan mama kandungmu. Aku harap kamu bisa bahagia dengannya,
jangan lupakan aku,,,, aku sayang kamu…….”
Keadaan mulai
berubah, tiba-tiba Feby menarik nafas panjang dan bolpoin yang dipegangnya itu
jatuh ke lantai. Perlahan-lahan Feby memejamkan matanya. Kemudian Divy kaluar
ruangan dan berlari memanggil Dr.John. Tapi semua itu sudah terlambat. Sewaktu
Dr.John dating Feby sudah tak tertolong lagi dan ia meninggalkan dunia ini.
Divy tidak percaya dengan semua ini. Dia hanya bias menangis ,dia merasa
kehilangan sosok pahlawan dalam hidupnya, seorang sahabat yang takkan pernah
tergantikan. Perawat pun melepas semua peralatan yang digunakan Feby, mulai
dari Infus dan tabung Oksigen. Kemudian mobil Ambulance melaju cepat membawa
jenazah Feby untuk disemayamkan. Waktu pun berjalan, setelah semua keadaan
stabil Divy memutuskan untuk tinggal bersama mamanya. Semua barang-barang Divy
dibawa kerumah besar nan mewah milik mamanya. Akhirnya Divy dan mamanya hidup
bersama, bahagia selama-lamanya.
No comments:
Post a Comment