Saturday, December 7, 2013

PERJALANAN PEMBURU BELUT



PERJALANAN PEMBURU BELUT

            Suatu malam tepatnya pada waktu shalat isya’ di kawasan Desa Bukit Tinggi Kecamatan Nalumsari, banyak anak-anak muda berbondong-bondong ke Masjid Baiturrahman. Mereka adalah Hasan, Rohman, Udin, Ulum, Abdul, dan Aku.
            Setelah usai melaksanakan shalat kami berkumpul di teras masjid sambil berbincang-bincang. Tidak biasanya kami bisa berkumpul bersama-sama seperti ini sehingga membuat kami ingin membuat kegiatan yang kiranya menyenangkan.
            “Teman-teman enaknya kita ngapain ya? Jarang-jarang lho kita bisa berkumpul bersama seperti ini,” kata Udin.
            “Bagaimana kalau kita mencari belut ke sawah,” sahut Ulum.
            “Ngawur aja kamu, emangnya bisa kamu mencari belut di malam hari! Memancing di pagi hari aja sulit apalagi malam hari,” kata Abdul.
            “Aduh... aduh... aduh... kalian ini orang desa tapi kok tidak tahu apa-apa seperti orang kota yang baru tinggal di desa,” sahut Ulum.
            “Maksudmu bagaimana? Aku kok tidak tahu sih,” sambung Udin.
            “Kita mencarinya ya tidak dengan memancing,” jawab Ulum.
            “Terus bagaimana caranya?” tanya teman-teman.
            “Begini lho! Belut itu kan hewan nokturnal, sehubungan dengan itu pasti mereka keluar pada waktu malam hari jadi kita lebih mudah untuk menangkapnya, masih bingung?” tanya Ulum.
            “Caranya adalah kita harus siapkan senter seterang mungkin dan siapkan benda tajam untuk membunuhnya, seperti golok, gerjaji, dan lain-lain. Menangkap belut peling efektif adalah pada saat sawah telah dibajak seperti keadaan sawah pada saat ini,” terang Ulum.
            “Ya! ya! ya! kayaknya seru ini. ayo sekarang kita lakukan tak usah pikir panjang,” sahut teman-teman.
            “E... tunggu dulu apa kalian mempunyai peralatan yang ku sebutkan tadi?” tanya Ulum.
            “Tenang saja kami semua punya alatnya. Iya kan teman-teman!” sahut Udin.
            “Aku punya! Aku punya!” jawab teman-teman.
            “Baiklah mari kita pulang ganti baju dan siapkan peralatannya,” ajak Ulum.
            Tak lama kemudian mereka berkumpul kembali bersama dengan peralatan yang mereka kenakan. Mereka sangat berantusias dan berdebar hingga ada salah satu teman dari kami kebelet buang air besar. Ini merupakan pengalaman pertama kali dalam hidup kami sehingga rasa ingin tahu kami sangat tinggi. Selama kami dalam perjalanan ke sawah kepel kami diberi intruksi-intruksi dalam mencari belut agar pada saat di lokasi kami dapat menangkap belut dengan baik.
            Setelah melakukan perjalanan selama setengah jam kami sampai di lokasi akan tetapi hujan deras mengguyur badan kami hingga basah kuyub. Tidak hanya badan kami yang basah kuyub air sawah pun cukup banyak sehingga membuat kami kesulitan menangkap belut.
            “Walah...! hujannya kok deras sekali,” kata Ulum.
            “Emangnya kenapa dengan hujan deras Lum,” sahut teman-teman.
            “Tu...! kalian lihat sendiri air di sawah penuh pasti kita akan kesulitan melihat belutnya,” jawab Ulum.
            “Terus apa yang harus kita lakukan?” tanya teman-teman.
            “Kita coba saja dulu dari pada tidak sama sekali,” tutur Ulum.
            Setelah mencoba memaksa mencari belut, akhirya kami pun mendapatkan hasil meskipun tidak sesuai dengan yang kami harapkan.
            Tidak terasa setelah kami melihat jam di HP ternyata telah larut malam dan kami putuskan untuk beristirahat sebentar. Akhirnya, pukul 23.00 WIB kami putuskan untuk pulang.
            Setelah perjalanan pulang yang cukup lama, akhirnya kami tiba di desa kami pukul 23.30 WIB. Melihat hasil tangkapan yang kurang memuaskan kami memutuskan untuk mencari belut lagi di desa kami sendiri dan kebetulan kondisi sawah di desa kami bagus sehingga mempermudah kami untuk mencari belut.
            “Ayo teman-teman kita turun,” ajak Ulum.
            “Kamu yakin di sini ada belutnya Lum!” sahut teman-teman.
            “Kita coba aja dulu, kondisi sawahnya bagus kok!” kata Ulum.
            “Ya, sudahlah!” kata teman-teman.
            Seperempat jam telah berlalu.
            “Mana Lum tidak ada belutnya kan?” tanya teman-teman.
            “Sabar dulu dong! Jika kalian lelah kalian boleh istirahat,” jawab Ulum.
            Setelah kami tinggalkan Ulum beristirahat tak lama kemudian terdengar suara “Buk!” yang tidak jauh dari tempat kami beristirahat. Ternyata suara Ulum sedang mengayunkan goloknya ke lumpur sawah dan dengan cepat Ulum mengangkat belut yang lumayan besar sebanding dengan ibu jari kaki. Melihat kejadian itu kami langsung turun untuk ikut mencari belut lagi. Satu persatu kami merasakan nuansa menangkap belut sampai-sampai salah satu dari kami mendapatkan belut sebanyak 6 ekor. Usaha kami tidak sia-sia dan kami pun merasa sangat puas. Semua lelah yang kami rasakan seakan-akan hilang karena sangking girangnya pada saat itu.
            Jam di HP menunjukkan pukul 01.00 WIB dan pada waktu seketika itu juga kami pulang. Sesampai di rumah kami memasak hasil tangkapan bersama-sama sambil menunggu matang perut kami semakin tidak sabar karena ingin secepatnya memakan hasil tangkapan. Setelah kami memakan hasil tangkapan kami merasa sangat kenyang dan akhirnya tertidur pulas di gubuk yang kami gunakan untuk memasak.

No comments:

Post a Comment