PERJALANAN
PEMBURU BELUT
Suatu malam tepatnya pada waktu
shalat isya’ di kawasan Desa Bukit Tinggi Kecamatan Nalumsari, banyak anak-anak
muda berbondong-bondong ke Masjid Baiturrahman. Mereka adalah Hasan, Rohman,
Udin, Ulum, Abdul, dan Aku.
Setelah usai melaksanakan shalat
kami berkumpul di teras masjid sambil berbincang-bincang. Tidak biasanya kami
bisa berkumpul bersama-sama seperti ini sehingga membuat kami ingin membuat
kegiatan yang kiranya menyenangkan.
“Teman-teman enaknya kita ngapain
ya? Jarang-jarang lho kita bisa berkumpul bersama seperti ini,” kata Udin.
“Bagaimana kalau kita mencari belut
ke sawah,” sahut Ulum.
“Ngawur aja kamu, emangnya bisa kamu
mencari belut di malam hari! Memancing di pagi hari aja sulit apalagi malam
hari,” kata Abdul.
“Aduh... aduh... aduh... kalian ini
orang desa tapi kok tidak tahu apa-apa seperti orang kota yang baru tinggal di
desa,” sahut Ulum.
“Maksudmu bagaimana? Aku kok tidak
tahu sih,” sambung Udin.
“Kita mencarinya ya tidak dengan
memancing,” jawab Ulum.
“Terus bagaimana caranya?” tanya
teman-teman.
“Begini lho! Belut itu kan hewan
nokturnal, sehubungan dengan itu pasti mereka keluar pada waktu malam hari jadi
kita lebih mudah untuk menangkapnya, masih bingung?” tanya Ulum.
“Caranya adalah kita harus siapkan
senter seterang mungkin dan siapkan benda tajam untuk membunuhnya, seperti
golok, gerjaji, dan lain-lain. Menangkap belut peling efektif adalah pada saat
sawah telah dibajak seperti keadaan sawah pada saat ini,” terang Ulum.
“Ya! ya! ya! kayaknya seru ini. ayo
sekarang kita lakukan tak usah pikir panjang,” sahut teman-teman.
“E... tunggu dulu apa kalian
mempunyai peralatan yang ku sebutkan tadi?” tanya Ulum.
“Tenang saja kami semua punya
alatnya. Iya kan teman-teman!” sahut Udin.
“Aku punya! Aku punya!” jawab
teman-teman.
“Baiklah mari kita pulang ganti baju
dan siapkan peralatannya,” ajak Ulum.
Tak lama kemudian mereka berkumpul
kembali bersama dengan peralatan yang mereka kenakan. Mereka sangat berantusias
dan berdebar hingga ada salah satu teman dari kami kebelet buang air besar. Ini
merupakan pengalaman pertama kali dalam hidup kami sehingga rasa ingin tahu
kami sangat tinggi. Selama kami dalam perjalanan ke sawah kepel kami diberi
intruksi-intruksi dalam mencari belut agar pada saat di lokasi kami dapat
menangkap belut dengan baik.
Setelah melakukan perjalanan selama
setengah jam kami sampai di lokasi akan tetapi hujan deras mengguyur badan kami
hingga basah kuyub. Tidak hanya badan kami yang basah kuyub air sawah pun cukup
banyak sehingga membuat kami kesulitan menangkap belut.
“Walah...! hujannya kok deras
sekali,” kata Ulum.
“Emangnya kenapa dengan hujan deras
Lum,” sahut teman-teman.
“Tu...! kalian lihat sendiri air di
sawah penuh pasti kita akan kesulitan melihat belutnya,” jawab Ulum.
“Terus apa yang harus kita lakukan?”
tanya teman-teman.
“Kita coba saja dulu dari pada tidak
sama sekali,” tutur Ulum.
Setelah mencoba memaksa mencari
belut, akhirya kami pun mendapatkan hasil meskipun tidak sesuai dengan yang
kami harapkan.
Tidak terasa setelah kami melihat
jam di HP ternyata telah larut malam dan kami putuskan untuk beristirahat
sebentar. Akhirnya, pukul 23.00 WIB kami putuskan untuk pulang.
Setelah perjalanan pulang yang cukup
lama, akhirnya kami tiba di desa kami pukul 23.30 WIB. Melihat hasil tangkapan
yang kurang memuaskan kami memutuskan untuk mencari belut lagi di desa kami
sendiri dan kebetulan kondisi sawah di desa kami bagus sehingga mempermudah
kami untuk mencari belut.
“Ayo teman-teman kita turun,” ajak
Ulum.
“Kamu yakin di sini ada belutnya
Lum!” sahut teman-teman.
“Kita coba aja dulu, kondisi
sawahnya bagus kok!” kata Ulum.
“Ya, sudahlah!” kata teman-teman.
Seperempat jam telah berlalu.
“Mana Lum tidak ada belutnya kan?”
tanya teman-teman.
“Sabar dulu dong! Jika kalian lelah
kalian boleh istirahat,” jawab Ulum.
Setelah kami tinggalkan Ulum
beristirahat tak lama kemudian terdengar suara “Buk!” yang tidak jauh dari
tempat kami beristirahat. Ternyata suara Ulum sedang mengayunkan goloknya ke
lumpur sawah dan dengan cepat Ulum mengangkat belut yang lumayan besar
sebanding dengan ibu jari kaki. Melihat kejadian itu kami langsung turun untuk
ikut mencari belut lagi. Satu persatu kami merasakan nuansa menangkap belut
sampai-sampai salah satu dari kami mendapatkan belut sebanyak 6 ekor. Usaha
kami tidak sia-sia dan kami pun merasa sangat puas. Semua lelah yang kami
rasakan seakan-akan hilang karena sangking girangnya pada saat itu.
Jam di HP menunjukkan pukul 01.00
WIB dan pada waktu seketika itu juga kami pulang. Sesampai di rumah kami
memasak hasil tangkapan bersama-sama sambil menunggu matang perut kami semakin
tidak sabar karena ingin secepatnya memakan hasil tangkapan. Setelah kami
memakan hasil tangkapan kami merasa sangat kenyang dan akhirnya tertidur pulas
di gubuk yang kami gunakan untuk memasak.
No comments:
Post a Comment