KORBAN
Sore
hari di rumah Ayu’
“Nin,
tidak terasa kita sudah masuk SMK. Rasanya baru kemaren Aku, Samuel, dan Kamu
daftar bersama-sama masuk SMP,” kata Ayu’ kepada Nina. “Iya Yu’, tapi aku
sedikit jengkel ketika MOS dulu, kakak kelas kita sukanya perintah-perintah
melulu dan seenaknya sendiri.”
“Ya
tidak gitu juga kali Nin, namanya saja MOS ya harus seperti itu. Kemarin saat
selesai MOS atau saat penutupan kan kakak-kakak pembina sudah minta maaf yang
sudah membuat sengsara murid-murid baru,” ucap Samuel. “Ya sudah, sekarang
sudah malam. Besok berangkat sekolah. Ayo Samuel pulang bersama aku,” Nina
mengajak Samuel. “Aku dan Nina pulang dulu ya. Besok berangkat sekolah
bersama-sama.”
Samuel
dan Nina mulai pulang ke rumah masing-masing. Ayu’, Samuel, dan Nina sudah
berteman sejak lama, dari SD sampai sekarang. Nina itu anak tunggal, tetapi
Bapak dan Ibunya sudah bercerai. Maka dari itu dia kurang kasih sayang. Kalau
Samuel, orang tuanya kaya, tetapi dia punya sakit kanker. Ayu’ itu anak
tunggal, cantik, kaya, dan pintar, tetapi Ibunya sudah meninggal, dan Bapaknya
tidak pernah mengurusnya karena sibuk dengan pekerjaannya sendiri.
Kalau
dilihat, Ayu’ adalah bocah yang beruntung, tetapi ada satu kekurangan yang
membuat Ayu’ tidak PeDe dan kadang-kadang di benci temannya, mata Ayu’ buta,
tidak bisa melihat apa-apa. Maka dari itu kedua sahabatnya setiap hari setiap
mau berangkat sekolah menghampiri Ayu’ dulu dan menuntunnya sampai sekolah.
Sekolah mereka cukup dekat dengan rumahnya Ayu’. Tiba di sekolah Nina yang dari
tadi cuek, tiba-tiba pamitan.
“Yu’,
Samuel dan Aku ke kamar mandi dulu ya,” Ayu’ dan Samuel belum sempat menjawab
Nina langsung lari. Samuel bingung karena Nina tidak seperti biasanya. Sesudah
Samuel mendudukkan Ayu’ di bangkunya, Samuel langsung mencari Nina, Samuel tahu
Nina dengan Susi baru mengobrol empat mata.
Tidak
sengaja Samuel mendengar pembicaraan mereka berdua. Samuel terkejut ketika
mendengar, yang mungkin Nina baik dengan Ayu’ itu sebenarnya tidak ikhlas. Nina
sudah bosen terus-terusan harus menonton Ayu’ pergi ke mana-mana. Tetapi Nina
tetap bersikap pura-pura baik dengan Ayu’ karena Nina butuh uang untuk membeli
handphone. Ooo... dengan Nina yang bersikap seperti itu kepada Ayu’, haruskah
Ayu’ memberi uang kepada Nina.
Samuel
terkejut dan tidak menyangka, sepertinya Nina memang sangat benci dan punya
niat jahat kepada Ayu’. Samuel bingung Ayu’ dikasih tahu atau tidak, karena
Samuel suka sama Ayu’ dan Dia tidak terima kalau mungkin Ayu’ akan dicelakai
seperti itu.
“Yu’,
aku mau bicara dengan kamu tetapi kamu jangan terkejut ya. Nina itu sebenarnya
tidak suka dan tidak ikhlas berteman dengan kamu. Dia baik ke kamu karena
uangmu, dan kamu harus hai-hati dengan Nina,” Samuel berbicara dengan Ayu’.
“Aku
tidak percaya kalau Nina seperti itu Sam, aku tidak percayya,” bantah Ayu’.
Matahari
pagi mulai terlihat dan Ayu’ mengajak Nina jalan-jalan karena Ayu’ mau bertanya
dengan Nina. Apakah yang dibicarakan Samuel itu benar atau tidak. Sesudah dia
bertanya, Nina langsung mengamuk dan berbicara, “Mungkin itu dibuat-buat Samuel
karena Samuel suka kamu, yang kemungkinan Samuel tidak suka dekat sama aku.
Kemudian Nina berpura-pura menangis supaya Ayu’ merasa kasihan dengan Nina, dan
sebenarnya Ayu’ lebih percaya Nina daripada Samuel. Mulai hari itu Ayu’ tidak
mau berbicara dengan Samuel dan tidak berteman lagi dengan Samuel, dan mulai
hari itu Ayu’ lebih dekat dengan Nina.
Suatu
hari, waktu Nina mengajak Ayu’ jalan-jalan di taman yang cukup jauh dari rumah
Ayu’. Tiba di taman, Nina berkata kepada Ayu’ dengan alasan untuk membayar
administrasi sekolah karena sudah telat 6 bulan. Karena Ayu’ merasa kasihan,
Nina diberi uang. Sesudah diberi uang, Nina merasa kurang dan berniat untuk
mencuri uang Ayu’. Sesudah mencuri/menyopet, Nina langsung pergi dan
meninggalkan Ayu’ sendirian di taman. Ayu’ bingung dan tidak bisa pulang,
beruntungnya ada orang yang mau menolong Ayu’ dan mengantarnya pulang ke rumah.
Dikemudian
hari, saat berangkat sekolah Ayu’ diantar temannya. Sampai di sekolah Ayu’
mendapat kabar kalau Nina pindah sekolah. Dengan mendengar kalau Samuel berada
di rumah sakit karena sakit kankernya kambuh, Ayu’ langsung pergi ke rumah
sakit yang di antarkan oleh supirnya. Tiba di rumah sakit Ibunya Samuel nangis
sambil merangkul Ayu’. Ibunya Samuel berbicara kalau Samuel sudah mati, Samuel
berpesan kalau korena matanya di donorkan ke Ayu’. Mendengar seperti itu Ayu’
tidak terima, tetapi Ibunya Samuel berkata itu tadi sudah takdir Samuel. Jadi
tidak bisa ditolak.
Sesudah itu Ayu’ sudah bisa melihat lagi karena dapat
donor dari mata Samuel. Ayu’ merasa salah kepada Samuel. Sekarang Ayu’ sudah
sadar dan mengerti mana yang baik mana yang tidak
No comments:
Post a Comment