Saturday, December 7, 2013

KORBAN



KORBAN

            Sore hari di rumah Ayu’
            “Nin, tidak terasa kita sudah masuk SMK. Rasanya baru kemaren Aku, Samuel, dan Kamu daftar bersama-sama masuk SMP,” kata Ayu’ kepada Nina. “Iya Yu’, tapi aku sedikit jengkel ketika MOS dulu, kakak kelas kita sukanya perintah-perintah melulu dan seenaknya sendiri.”
            “Ya tidak gitu juga kali Nin, namanya saja MOS ya harus seperti itu. Kemarin saat selesai MOS atau saat penutupan kan kakak-kakak pembina sudah minta maaf yang sudah membuat sengsara murid-murid baru,” ucap Samuel. “Ya sudah, sekarang sudah malam. Besok berangkat sekolah. Ayo Samuel pulang bersama aku,” Nina mengajak Samuel. “Aku dan Nina pulang dulu ya. Besok berangkat sekolah bersama-sama.”
            Samuel dan Nina mulai pulang ke rumah masing-masing. Ayu’, Samuel, dan Nina sudah berteman sejak lama, dari SD sampai sekarang. Nina itu anak tunggal, tetapi Bapak dan Ibunya sudah bercerai. Maka dari itu dia kurang kasih sayang. Kalau Samuel, orang tuanya kaya, tetapi dia punya sakit kanker. Ayu’ itu anak tunggal, cantik, kaya, dan pintar, tetapi Ibunya sudah meninggal, dan Bapaknya tidak pernah mengurusnya karena sibuk dengan pekerjaannya sendiri.
            Kalau dilihat, Ayu’ adalah bocah yang beruntung, tetapi ada satu kekurangan yang membuat Ayu’ tidak PeDe dan kadang-kadang di benci temannya, mata Ayu’ buta, tidak bisa melihat apa-apa. Maka dari itu kedua sahabatnya setiap hari setiap mau berangkat sekolah menghampiri Ayu’ dulu dan menuntunnya sampai sekolah. Sekolah mereka cukup dekat dengan rumahnya Ayu’. Tiba di sekolah Nina yang dari tadi cuek, tiba-tiba pamitan.
            “Yu’, Samuel dan Aku ke kamar mandi dulu ya,” Ayu’ dan Samuel belum sempat menjawab Nina langsung lari. Samuel bingung karena Nina tidak seperti biasanya. Sesudah Samuel mendudukkan Ayu’ di bangkunya, Samuel langsung mencari Nina, Samuel tahu Nina dengan Susi baru mengobrol empat mata.
            Tidak sengaja Samuel mendengar pembicaraan mereka berdua. Samuel terkejut ketika mendengar, yang mungkin Nina baik dengan Ayu’ itu sebenarnya tidak ikhlas. Nina sudah bosen terus-terusan harus menonton Ayu’ pergi ke mana-mana. Tetapi Nina tetap bersikap pura-pura baik dengan Ayu’ karena Nina butuh uang untuk membeli handphone. Ooo... dengan Nina yang bersikap seperti itu kepada Ayu’, haruskah Ayu’ memberi uang kepada Nina.
            Samuel terkejut dan tidak menyangka, sepertinya Nina memang sangat benci dan punya niat jahat kepada Ayu’. Samuel bingung Ayu’ dikasih tahu atau tidak, karena Samuel suka sama Ayu’ dan Dia tidak terima kalau mungkin Ayu’ akan dicelakai seperti itu.
            “Yu’, aku mau bicara dengan kamu tetapi kamu jangan terkejut ya. Nina itu sebenarnya tidak suka dan tidak ikhlas berteman dengan kamu. Dia baik ke kamu karena uangmu, dan kamu harus hai-hati dengan Nina,” Samuel berbicara dengan Ayu’.
            “Aku tidak percaya kalau Nina seperti itu Sam, aku tidak percayya,” bantah Ayu’.
            Matahari pagi mulai terlihat dan Ayu’ mengajak Nina jalan-jalan karena Ayu’ mau bertanya dengan Nina. Apakah yang dibicarakan Samuel itu benar atau tidak. Sesudah dia bertanya, Nina langsung mengamuk dan berbicara, “Mungkin itu dibuat-buat Samuel karena Samuel suka kamu, yang kemungkinan Samuel tidak suka dekat sama aku. Kemudian Nina berpura-pura menangis supaya Ayu’ merasa kasihan dengan Nina, dan sebenarnya Ayu’ lebih percaya Nina daripada Samuel. Mulai hari itu Ayu’ tidak mau berbicara dengan Samuel dan tidak berteman lagi dengan Samuel, dan mulai hari itu Ayu’ lebih dekat dengan Nina.
            Suatu hari, waktu Nina mengajak Ayu’ jalan-jalan di taman yang cukup jauh dari rumah Ayu’. Tiba di taman, Nina berkata kepada Ayu’ dengan alasan untuk membayar administrasi sekolah karena sudah telat 6 bulan. Karena Ayu’ merasa kasihan, Nina diberi uang. Sesudah diberi uang, Nina merasa kurang dan berniat untuk mencuri uang Ayu’. Sesudah mencuri/menyopet, Nina langsung pergi dan meninggalkan Ayu’ sendirian di taman. Ayu’ bingung dan tidak bisa pulang, beruntungnya ada orang yang mau menolong Ayu’ dan mengantarnya pulang ke rumah.
            Dikemudian hari, saat berangkat sekolah Ayu’ diantar temannya. Sampai di sekolah Ayu’ mendapat kabar kalau Nina pindah sekolah. Dengan mendengar kalau Samuel berada di rumah sakit karena sakit kankernya kambuh, Ayu’ langsung pergi ke rumah sakit yang di antarkan oleh supirnya. Tiba di rumah sakit Ibunya Samuel nangis sambil merangkul Ayu’. Ibunya Samuel berbicara kalau Samuel sudah mati, Samuel berpesan kalau korena matanya di donorkan ke Ayu’. Mendengar seperti itu Ayu’ tidak terima, tetapi Ibunya Samuel berkata itu tadi sudah takdir Samuel. Jadi tidak bisa ditolak.
            Sesudah itu Ayu’ sudah bisa melihat lagi karena dapat donor dari mata Samuel. Ayu’ merasa salah kepada Samuel. Sekarang Ayu’ sudah sadar dan mengerti mana yang baik mana yang tidak

No comments:

Post a Comment