|
Sang fajar mulai tampak dari ufuk
timur yang menerangi jagad raya sinarnya membias mata, kicauan burung seakan
menyambut pagi yang indah. Kebahagiaan menghampiri Salsa anak bungsu dari 4
bersaudara yang baru pertama kali masuk sekolah. Salsa sekolah di SDN 1
Jakarta, Ia duduk di kelas 1. Salsa sangat senang karena hari pertama sekolah
Ia mendapat teman baru namanya Denis Dia pindahan dari Cirebon anak semata
wayang dari seorang pengusaha besar, dan Raya anak dari keluarga yang
sederhana. Mereka saling kenal dan kebetulan meraka satu kelas.
Senja berganti malam langit dihiasi
bintang-bintang yang bertaburan menerangi kegelapan malam terlihat keluarga
Salsa sedang berkumpul bersama, namun hanya Salsa yang tak terlihat.
“Salsa mana?”
tanya Ayah
“Ya Salsa mana
kok gak kelihatan,” sambung Bunda
“Mungkin Dia di
kamar,” jawab Rizki kakak kedua Salsa
Tak lama kemudian Bunda pergi ke
kamar Salsa untuk membuktikan apakah benar Salsa di dalam kamar atau tidak.
Kemudian Bunda mengetuk pintu kamar Salsa.
“Salsa...
Salsa...” panggil Bunda
Tak terdengar jawaban dari dalam
kamar.
Bunda kemudian membuka pintu dan
masuk ke dalam kamar, terlihat Salsa tertidur saat belajar, buku-bukunya masih
tercecer di atas kasur, Bunda merapikannya lalu menyelimuti Salsa dan tak lupa
mencium kening Salsa.
Tahun demi tahun telah terlewati,
hari demi hari telah terlalui. Tak terasa kini Salsa sudah kelas VI, waktu
begitu cepat berputar, sebentar lagi Salsa akan menghadapi UN.
Tiga malam menjelang UN anak kelas
VI mengadakan acara selamatan sekolah, acara tersebut diiringi dengan rebana
dan lagu-lagu yang bernuansa Islami. Pada saat berdo’a bersama, anak kelas VI
khusuk dalam do’anya agar hajatnya dipenuhi Allah dan dimudahkan ketika besok
mengerjakan soal Ujian Nasional. Acara itu berlangsung tiga malam
berturut-turut.
Pagi, sebelum Salsa berangkat
sekolah Salsa berpamitan dengan Bunda dan mencium tangannya, Salsa juga tidak
lupa memohon do’a kepada bundanya agar Dia sukses dalam mengerjakan soal.
“Bun, Salsa
berangkat dulu ya,” pamit Salsa sambil mencium tangan bundanya.
“Ya hati-hati,
do’a Bunda selalu menyertaimu,” ucap Bunda.
Sebelum berangkat biasanya Salsa
nyamperin Raya yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari rumah Salsa, mereka
berdua berangkat bersama. Di tengah perjalanan tiba-tiba ada mobil berhenti
menghampiri Raya dan Salsa. Mendengar suara klakson Salsa dan Raya kaget, dan
seketika itu mereka berdua menoleh ke arah mobil. Terlihat Denis di balik kaca
mobil, kemudian kaca mobil itu dibuka.
“Hai... kalian
kok jalan kaki, ayo ikut dengan mobilku,” ajak Denis
“Nggak ach,
ntar ngrepotin lagi,” ucap Salsa
“Lagian kita
jalan kaki sekalian olahraga biar sehat iya nggak Sa,” sambung Raya
“Sudah-sudah
nggak usah banyak omong ayo cepet masuk ntar keburu telat,” ujar Denis dengan
nada sedikit maksa. Akhirnya mereka berdua pun masuk ke dalam mobil. Sesampai
di sekolah mereka langsung masuk ke dalam kelas.
Ujian telah terlewati, kini saatnya
kelas VI menunggu hasil kelulusan. Hasil itu diambil sore hari setelah ashar
oleh wali murid kelas VI di gedung SDN 1 Jakarta. Semua anak kelas VI menunggu
di halaman sekolah dengan rasa tegang dan hati deg-degan. Beberapa hari yang
lalu ada seorang guru yang berkata bahwa ada 3 anak yang tidak lulus. Mendengar
itu Salsa langsung berfikir yang negatif dan membayangkan yang tidak-tidak.
Setelah wali murid kelas VI menerima amplop kelulusan kemudian anak kelas VI
meminta amplop itu kepada wali masing-masing, dan saking tidak sabarnya ingin
tahu lulus atau tidak ada beberapa anak yang membuka amplop seketika itu dan
akhirnya mereka lulus. Sebagian mereka ada yang menangis karena kebahagiaan,
tapi Salsa nggak berani membuka amplop waktu itu. Salsa membuka amplop itu di
rumah, pas amplop itu mau dibuka air mata yang jatuh dari kelopak mata Salsa
mengalir dengan sendirinya. Dan ternyata Salsa lulus, Salsa sangat senang
karena Dia bisa mewujudkan mimpi yang telah didambakannya selama ini yang dari
dulu inginn mondok di pesantren.
Hari yang cerah, secerah gemricik
burung yang berkicau. Kebahagiaan yang dalam tak henti-hentinya mengalirkan air
mata, sebuah impian yang begitu didambakan kini hadir di depan mata.
Suatu hari di saat Salsa mengambil
SKHU di sekolah, Salsa bertemu dengan Raya. Mereka berdua ngobrol dan saling
bertanya.
“Eh ya
ngomong-ngomong besok kamu ngelanjutin ke mana?” tanya Salsa
“Aku nggak tahu
Sa... Aku bingung mau ngelanjutin ke mana,” jawab Raya dengan nada melas
“Gimana kalau
sama Aku mondok di Jombang JaTim,” tawar Salsa
Raya terdiam
teringat bapaknya yang sedang terbaring sakit, tak terasa tetes air mata
membasahi pipi Raya.
“Raya kamu
kenapa? Kok nangis,” tanya Salsa
“Aku gak papa
kok Sa”
“Bener kamu gak
papa”
Beberapa menit kemudian mereka
berdua pun pulang, kebetulan saat itu Salsa bawa sepeda motor, Raya diantar
sampai rumahnya. Selang beberapa minggu setelah pengambilan SKHU Salsa pergi ke
rumah Raya untuk berpamitan kalau besok Dia mau berangkat ke Jombang. Raya tak
menyangka kalau sahabatnya secepat itu akan meninggalkan Dia. Ketika mau pulang
mata Salsa berkaca-kaca, kemudian Salsa memeluk Raya dengan erat sebagai
pertemuan yang terakhir. Setelah itu Salsa memberikan sebuah liontin di manna
liontin tersebut di dalamnya terdapat foto mereka berdua. Raya berpesan kepada
Salsa kalau sudah dapat teman baru jangan lupakan teman lama. Salsa hanya
tersenyum, Dia harus segera pulang karena mempersiapkan barang-barang yang akan
di bawa ke pondok. Sesampai di rumah Salsa memasukkan baju-bajunya yang akan
dibawa ke dalam tas.
Waktu terus berjalan hingga malam
tiba, malam sebelum Salsa berangkat ke Jombang di adakan selamatan di rumah
Salsa. Tengah malam Salsa terbangun kemudian Dia mengambil air wudlu dan segera
melaksanakan shalat tahajjut. Setelah selesai shalat Salsa berdo’a kepada Allah
SWT agar apa yang sudah menjadi pilihan dia terbaik untuk dia.
Pagi-pagi sekali Salsa di antarkan
oleh kedua orang tuanya berangkat ke Jombang. Sesampai di sana Salsa dan kedua
orang tuanya sowan ke rumah syaikhina.
“Assalamu’alaikum,”
ucap Salsa dan kedua orang tuanya, tak lama kemudian keluar salah satu santri
yang membuka pintu.
“Wa’alaikum
salam,” jawab santri, “Monggo pinarak Pak.”
Kemudian
Salsa dan kedua orang tuanya duduk diruang tamu, syaikhina kemudian menemui
mereka dan menanyai apa tujuan mereka datang ke rumah beliau. Kemudian ayah
Salsa berbicara kalau beliau ingin menaruh putrinya mondok di pesantrennya
untuk di didik dan di bimbing ilmu agamanya agar menjadi anak yang sholihah.
Setelah itu kedua orang tua Salsa berpamitan untuk pulang, setelah kedua orang
tuanya pulang kemudian Salsa masuk ke dalam kamar yang sudah disediakan. Salsa
berada di kamar E yang letaknya di pojok sebelah selatan kamar mandi.
Tengah
malam Salsa sering terbangun untuk melaksanakan qiyamul lail. Biasanya Dia
melaksanakan itu dengan mbak Qur’an sekamarnya. Setelah melaksanakan qiyamul
lail biasanya Salsa di suruh menyimak al-Qur’an oleh mbak Qur’an sekamarnya
tadi.
Seringnya
Dia menyimak al-Qur’an, Salsa termotivasi untuk menghafal al-Qur’an. Suatu hari
Salsa berdo’a kepada Allah agar keinginan untuk menghafal al-Qur’an bisa
terwujud. Di samping berdo’a, Salsa juga bersungguh-sungguh untuk menghafal
ayat al-Qur’an sedikit demi sedikit. Dan alhamdulillahnya dari usaha Salsa yang
dilakukannya selama ini berhasil, dan kini Salsa sudah menghafal setengah juz
dari 30 juz.
Di
tengah perjalanan Salsa menghafal al-Qur’an tiba-tiba Salsa mendapat kabar
kalau ayahnya meninggal dunia, betapa sedihnya hati Salsa ditinggal seorang
ayah yang disayanginya. Namun semua itu tak menghentikan langkah Salsa untuk
menghafalkan al-Qur’an.
Cobaan
demi cobaan Ia hadapi untuk menggapai sebuah mimpi yang Ia dambakan. Kini mimpi
itu telah hadir di pelupuk mata, meski Ia menghafalkan al-Qur’an tanpa hadirnya
seorang ayah di sampingnya. Tapi Ia yakin di sana ayahnya akan tersenyum
bahagia.......
By : Ainun Nafisah
Kelas : XI AP
No comments:
Post a Comment