Saturday, December 7, 2013

MY LIFE STORY



MY LIFE STORY

            Sang fajar mulai tampak dari ufuk timur yang menerangi jagad raya sinarnya membias mata, kicauan burung seakan menyambut pagi yang indah. Kebahagiaan menghampiri Salsa anak bungsu dari 4 bersaudara yang baru pertama kali masuk sekolah. Salsa sekolah di SDN 1 Jakarta, Ia duduk di kelas 1. Salsa sangat senang karena hari pertama sekolah Ia mendapat teman baru namanya Denis Dia pindahan dari Cirebon anak semata wayang dari seorang pengusaha besar, dan Raya anak dari keluarga yang sederhana. Mereka saling kenal dan kebetulan meraka satu kelas.
            Senja berganti malam langit dihiasi bintang-bintang yang bertaburan menerangi kegelapan malam terlihat keluarga Salsa sedang berkumpul bersama, namun hanya Salsa yang tak terlihat.
“Salsa mana?” tanya Ayah
“Ya Salsa mana kok gak kelihatan,” sambung Bunda
“Mungkin Dia di kamar,” jawab Rizki kakak kedua Salsa
            Tak lama kemudian Bunda pergi ke kamar Salsa untuk membuktikan apakah benar Salsa di dalam kamar atau tidak. Kemudian Bunda mengetuk pintu kamar Salsa.
“Salsa... Salsa...” panggil Bunda
            Tak terdengar jawaban dari dalam kamar.
            Bunda kemudian membuka pintu dan masuk ke dalam kamar, terlihat Salsa tertidur saat belajar, buku-bukunya masih tercecer di atas kasur, Bunda merapikannya lalu menyelimuti Salsa dan tak lupa mencium kening Salsa.
            Tahun demi tahun telah terlewati, hari demi hari telah terlalui. Tak terasa kini Salsa sudah kelas VI, waktu begitu cepat berputar, sebentar lagi Salsa akan menghadapi UN.
            Tiga malam menjelang UN anak kelas VI mengadakan acara selamatan sekolah, acara tersebut diiringi dengan rebana dan lagu-lagu yang bernuansa Islami. Pada saat berdo’a bersama, anak kelas VI khusuk dalam do’anya agar hajatnya dipenuhi Allah dan dimudahkan ketika besok mengerjakan soal Ujian Nasional. Acara itu berlangsung tiga malam berturut-turut.
            Pagi, sebelum Salsa berangkat sekolah Salsa berpamitan dengan Bunda dan mencium tangannya, Salsa juga tidak lupa memohon do’a kepada bundanya agar Dia sukses dalam mengerjakan soal.
“Bun, Salsa berangkat dulu ya,” pamit Salsa sambil mencium tangan bundanya.
“Ya hati-hati, do’a Bunda selalu menyertaimu,” ucap Bunda.
            Sebelum berangkat biasanya Salsa nyamperin Raya yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari rumah Salsa, mereka berdua berangkat bersama. Di tengah perjalanan tiba-tiba ada mobil berhenti menghampiri Raya dan Salsa. Mendengar suara klakson Salsa dan Raya kaget, dan seketika itu mereka berdua menoleh ke arah mobil. Terlihat Denis di balik kaca mobil, kemudian kaca mobil itu dibuka.
“Hai... kalian kok jalan kaki, ayo ikut dengan mobilku,” ajak Denis
“Nggak ach, ntar ngrepotin lagi,” ucap Salsa
“Lagian kita jalan kaki sekalian olahraga biar sehat iya nggak Sa,” sambung Raya
“Sudah-sudah nggak usah banyak omong ayo cepet masuk ntar keburu telat,” ujar Denis dengan nada sedikit maksa. Akhirnya mereka berdua pun masuk ke dalam mobil. Sesampai di sekolah mereka langsung masuk ke dalam kelas.
            Ujian telah terlewati, kini saatnya kelas VI menunggu hasil kelulusan. Hasil itu diambil sore hari setelah ashar oleh wali murid kelas VI di gedung SDN 1 Jakarta. Semua anak kelas VI menunggu di halaman sekolah dengan rasa tegang dan hati deg-degan. Beberapa hari yang lalu ada seorang guru yang berkata bahwa ada 3 anak yang tidak lulus. Mendengar itu Salsa langsung berfikir yang negatif dan membayangkan yang tidak-tidak. Setelah wali murid kelas VI menerima amplop kelulusan kemudian anak kelas VI meminta amplop itu kepada wali masing-masing, dan saking tidak sabarnya ingin tahu lulus atau tidak ada beberapa anak yang membuka amplop seketika itu dan akhirnya mereka lulus. Sebagian mereka ada yang menangis karena kebahagiaan, tapi Salsa nggak berani membuka amplop waktu itu. Salsa membuka amplop itu di rumah, pas amplop itu mau dibuka air mata yang jatuh dari kelopak mata Salsa mengalir dengan sendirinya. Dan ternyata Salsa lulus, Salsa sangat senang karena Dia bisa mewujudkan mimpi yang telah didambakannya selama ini yang dari dulu inginn mondok di pesantren.
            Hari yang cerah, secerah gemricik burung yang berkicau. Kebahagiaan yang dalam tak henti-hentinya mengalirkan air mata, sebuah impian yang begitu didambakan kini hadir di depan mata.
            Suatu hari di saat Salsa mengambil SKHU di sekolah, Salsa bertemu dengan Raya. Mereka berdua ngobrol dan saling bertanya.
“Eh ya ngomong-ngomong besok kamu ngelanjutin ke mana?” tanya Salsa
“Aku nggak tahu Sa... Aku bingung mau ngelanjutin ke mana,” jawab Raya dengan nada melas
“Gimana kalau sama Aku mondok di Jombang JaTim,” tawar Salsa
Raya terdiam teringat bapaknya yang sedang terbaring sakit, tak terasa tetes air mata membasahi pipi Raya.
“Raya kamu kenapa? Kok nangis,” tanya Salsa
“Aku gak papa kok Sa”
“Bener kamu gak papa”
            Beberapa menit kemudian mereka berdua pun pulang, kebetulan saat itu Salsa bawa sepeda motor, Raya diantar sampai rumahnya. Selang beberapa minggu setelah pengambilan SKHU Salsa pergi ke rumah Raya untuk berpamitan kalau besok Dia mau berangkat ke Jombang. Raya tak menyangka kalau sahabatnya secepat itu akan meninggalkan Dia. Ketika mau pulang mata Salsa berkaca-kaca, kemudian Salsa memeluk Raya dengan erat sebagai pertemuan yang terakhir. Setelah itu Salsa memberikan sebuah liontin di manna liontin tersebut di dalamnya terdapat foto mereka berdua. Raya berpesan kepada Salsa kalau sudah dapat teman baru jangan lupakan teman lama. Salsa hanya tersenyum, Dia harus segera pulang karena mempersiapkan barang-barang yang akan di bawa ke pondok. Sesampai di rumah Salsa memasukkan baju-bajunya yang akan dibawa ke dalam tas.
            Waktu terus berjalan hingga malam tiba, malam sebelum Salsa berangkat ke Jombang di adakan selamatan di rumah Salsa. Tengah malam Salsa terbangun kemudian Dia mengambil air wudlu dan segera melaksanakan shalat tahajjut. Setelah selesai shalat Salsa berdo’a kepada Allah SWT agar apa yang sudah menjadi pilihan dia terbaik untuk dia.
            Pagi-pagi sekali Salsa di antarkan oleh kedua orang tuanya berangkat ke Jombang. Sesampai di sana Salsa dan kedua orang tuanya sowan ke rumah syaikhina.
“Assalamu’alaikum,” ucap Salsa dan kedua orang tuanya, tak lama kemudian keluar salah satu santri yang membuka pintu.
“Wa’alaikum salam,” jawab santri, “Monggo pinarak Pak.”
Kemudian Salsa dan kedua orang tuanya duduk diruang tamu, syaikhina kemudian menemui mereka dan menanyai apa tujuan mereka datang ke rumah beliau. Kemudian ayah Salsa berbicara kalau beliau ingin menaruh putrinya mondok di pesantrennya untuk di didik dan di bimbing ilmu agamanya agar menjadi anak yang sholihah. Setelah itu kedua orang tua Salsa berpamitan untuk pulang, setelah kedua orang tuanya pulang kemudian Salsa masuk ke dalam kamar yang sudah disediakan. Salsa berada di kamar E yang letaknya di pojok sebelah selatan kamar mandi.
Tengah malam Salsa sering terbangun untuk melaksanakan qiyamul lail. Biasanya Dia melaksanakan itu dengan mbak Qur’an sekamarnya. Setelah melaksanakan qiyamul lail biasanya Salsa di suruh menyimak al-Qur’an oleh mbak Qur’an sekamarnya tadi.
Seringnya Dia menyimak al-Qur’an, Salsa termotivasi untuk menghafal al-Qur’an. Suatu hari Salsa berdo’a kepada Allah agar keinginan untuk menghafal al-Qur’an bisa terwujud. Di samping berdo’a, Salsa juga bersungguh-sungguh untuk menghafal ayat al-Qur’an sedikit demi sedikit. Dan alhamdulillahnya dari usaha Salsa yang dilakukannya selama ini berhasil, dan kini Salsa sudah menghafal setengah juz dari 30 juz.
Di tengah perjalanan Salsa menghafal al-Qur’an tiba-tiba Salsa mendapat kabar kalau ayahnya meninggal dunia, betapa sedihnya hati Salsa ditinggal seorang ayah yang disayanginya. Namun semua itu tak menghentikan langkah Salsa untuk menghafalkan al-Qur’an.
Cobaan demi cobaan Ia hadapi untuk menggapai sebuah mimpi yang Ia dambakan. Kini mimpi itu telah hadir di pelupuk mata, meski Ia menghafalkan al-Qur’an tanpa hadirnya seorang ayah di sampingnya. Tapi Ia yakin di sana ayahnya akan tersenyum bahagia.......



By       : Ainun Nafisah
Kelas  : XI AP

No comments:

Post a Comment