Saturday, December 7, 2013

Coretan Terakhir Sang Penulis


Coretan Terakhir Sang Penulis       

Kesendirian ini membuatku menyesali akan semua hal yang pernah aku lakukan. Penyesalan yang membawaku pada kesia-siaan belaka, Penyesalan yang memaksaku tuk membuka memory lama yang menyakitkan. Harapan kini hilang hanya karena ketidakyakinan pada sebuah kekurangan.
“ Lyan,,,,” suara keras itu seketika membuyarkan lamunanku
“Lagi ngapain kamu “ Tanya mitha
“ Ga’ lagi ngapa-ngapain “ jawab lyan
“ Alah… lagi nulis diary ya “
“ Ga’ apaan sih “
“ Oh ya, by the way kapan novel terbarumu akan dirilis “
“ Oh itu… besok,,emangnya kenapa? ”
“ Besok… Wah kalau gitu kamu harus traktir aku dong “
“ What…. Traktir kamu, emang harus ya ? “
“ Harus dong.. aku inikan sahabatmu yang paling baik jadi……”
“ Ga’ usah ngayal deh, udah ah aku pergi dulu masih ada jam kuliah, dach….” Potong lyan sambil melangkah pergi meninggalkan mitha yang masih kedumal-kedumil sendiri di sudut pohon cemara.
       Pagi masih terasa di ujung peraduan, kabut tebal menghalangi birunya awan, tetesan embun mulai habis dipucuk dedaunan, sang mentari kian lebar menampakkan seulas senyum simpulnya diiringi melodi lembut nan merdu dari ufuk timur cahaya.
KRIIIIIINNGG……
“ Aduh.. apaan sih berisik banget “ omel lyan dengan mata masih terpejam, diulurkan tangannya untuk mengambil jam wacker yang masih berdering di gendang telinganya, ketika ia tersadar, matanya terbelalak tatkala melihat jarum jam menunjukkan angka 08.00
“ Ahhh..aduh gimana nih aku telat “ lyan secepat kilat menuju kamar mandi, setelah selesai ia bergegas ganti baju dan berjalan menuju mobilnya, kuncipun dipasang dan lyan segera tancap gas meninggalkan rumahnya. Lyan mengendarai mobilnya dengan cepat, dari arah berlawanan terdapat mobil yang melaju kencang dan akhirnya mobil lyan tertabrak, lyan terpelanting keluar, darah mengalir deras disekujur tubuhnya, mobil yang menabraknya itu pergi begitu saja dan tanpa sengaja melindas tangan kanannya. Kerumunan orang bergegas menolong lyan dan membawanya ke rumah sakit. Dua jam kemudian, lyan terbangun dari pingsannya, ia terkejut ketika melihat mitha ada disampingnya.
“ Mitha “ ucap lyan
“ Ga’ usah banyak bergerak, tubuh kamu masih lemah “ perintah mitha
“ Kok aku bisa ada disini “ Tanya lyan
“ Tadi kamu kecelakaan, makanya kamu sekarang ada disini, jadi…kalau kamu bawa mobil itu hati-hati dong, jangan ngelamun nanti jadi kayak gini deh “ canda mitha untuk menyegarkan suasana
“ Maaf,,, mungkin memang aku ga’ hati-hati, tapi tanganku yang kanan sakit sekali, sulit untuk digerakkan “ mitha terdiam mendengar ucapan lyan. Ia bingung harus mengatakan apa, ia takut jika mengatakan yang sejujurnya lyan akan sedih.
“ Mitha,, kok kamu diam saja sih, ada apa? Lyan memaksa mitha untuk menjawab pertanyaannya.
“ Maaf lyan, mungkin aku harus terus terang sama kamu, kata dokter tangan kanan kamu patah dan kemungkunan harus diamputasi”.
“ Apa…” airmata lyan pecah sudah, ia menangis, ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan mitha
“ Bohong…kamu bohong…kamu pasti bohongkan mit, jawab mitha.. kamu bohongkan ?”
“ Maafkan aku yan, maafkan aku “
“ Kamu tahukan mit, hari ini aku launcing novel terbaruku “
“ Aku tahu yan, aku tahu, tapi semua ini sudah terjadi, ini diluar kendali kita “
AHHHH…. Lyan berteriak histeris, mitha menangis melihat sahabatnya itu, ia memeluknya dengan erat, ia juga sedih impian yang selama ini dibangun lyan dengan susah payah hancur seketika.
        Hari demi hari lyan lalui dengan keputusasaan, kuliahnya berantakan, ia selalu menyendiri dan tidak pernah keluar rumah, dari kejauhan terdengar derap langkah mitha menghampiri lyan yang sedang duduk diatas sofa.
“ Yan..” tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya
“ Lyan..kapan kamu masuk kuliah lagi,semua temen-temen pada nanyain kamu “
“ Yan, apa kamu tidak lelah seperti ini terus, ini bukan akhir dari segalanya, kamu masih punya bakat “
“ Bakat apa ? “ potong lyan
“ Kamu itu seorang penulis “
“ Penulis… aku bukan penulis, mana mungkin seorang penulis bisa menghasilkan karya tanpa adanya tangan “ sahut lyan denagn nada putus asa
“ Kok kamu berpikiran seperti itu sih lyan “
“ Memang kenyataannya seperti itu mit, aku tidak punya tangan “
“ Lyan.. jangan pernah beranggapan kalau penulis tidak bisa menghasilkan karya tanpa adanya tangan, kamu masih punya tangan kiri, tangan itu hanya perantara, yang kamu butuhkan sekarang ini hanya tekad yang besar untuk tetap terus berkarya dengan kekurangan yang kamu miliki ini “
“ kamu tidak mengerti perasaanku mit, tangan ini berarti banget untuk aku, tanpa tangan ini aku tidak bisa menulis, aku tidak bisa berkarya, aku tidak bisa apa-apa mit “
“ Aku mengerti yan, tapi kamu tidak boleh seperti ini terus, kamu harus bangkit, aku tahu perasaanmu yan, aku juga sedih melihatnya “
“ Tinggalkan aku sendirian mit “ perintah lyan
“ Tapi yan “
“ Tinggalkan aku sendiri, aku mohon “ pinta lyan, mithapun akhirnya berlalu meninggalkan lyan dengan linangan airmata kekecewaan. Satu bulan lebih lyan tidak memberi kabar kepada mitha, mitha takut jika terjadi sesuatu pada lyan, tapi rasa takut itupun sirna sudah saat ia mendapatkan sepucuk surat dari sahabatnya.
TO : Mitha
Hai Mitha, apa kabar ? sudah lama ya kita tidak bertemu, bagaimana keadaanmu ? baik-baik sajakan, aku mau minta maaf atas apa yang telah aku lakukan, aku sadar tidak seharusnya aku berbuat itu sama kamu, ucapanmu memang benar bahwa kekurangan yang kita miliki tidak akan menghambat impian kita jika kita punya tekad yang besar, untuk itu aku berikan novel ini khusus buat kamu, aku membuatnya satu bulan yang lalu dengan tangan kiriku walaupun awalnya susah tapi lama kelamaan menjadi terbiasa, jadi maaf jika hasilnya tidak terlalu bagus tapi aku senang bisa menyelesaikannya.
Mungkin ini juga novelku yang terakhir, karena esok aku tidak bisa menulis lagi, tidak disampingmu lagi, tidak tertawa bersamamu lagi, aku bukan orang yang kuat dan tegar seperti yang kamu lihat, sebenarnya aku lemah sangat lemah, aku mudah putus asa, aku mudah menyerah, aku sulit menerima apapun yang membuatku merasa kecil dan tidak ada gunanya, aku tidak ingin merepotkanmu, orang tuaku dan semua orang yang aku cintai, aku tidak ingin menambah beban untuk mereka, aku tidak ingin membuat mereka menangis dan susah karena aku, aku hanya ingin membuat orang-orang yang aku cintai bahagia, untuk itu inilah akhir dari perjalananku, maaf jika aku selalu membuatmu marah, kesal, sedih, dan menangis, dibalik semua itu ada rasa sayang yang besar untukmu, aku menyayangimu karena kau adalah sahabatku dan  kau adalah salah satu orang yang paling berarti dalam hidupku, selamat tinggal mitha kau adalah sahabat terbaikku
FROM : Lyan

No comments:

Post a Comment