Coretan Terakhir Sang Penulis
Kesendirian
ini membuatku menyesali akan semua hal yang pernah aku lakukan. Penyesalan yang
membawaku pada kesia-siaan belaka, Penyesalan yang memaksaku tuk membuka memory
lama yang menyakitkan. Harapan kini hilang hanya karena ketidakyakinan pada
sebuah kekurangan.
“
Lyan,,,,” suara keras itu seketika membuyarkan lamunanku
“Lagi
ngapain kamu “ Tanya mitha
“
Ga’ lagi ngapa-ngapain “ jawab lyan
“
Alah… lagi nulis diary ya “
“
Ga’ apaan sih “
“
Oh ya, by the way kapan novel terbarumu akan dirilis “
“
Oh itu… besok,,emangnya kenapa? ”
“
Besok… Wah kalau gitu kamu harus traktir aku dong “
“
What…. Traktir kamu, emang harus ya ? “
“
Harus dong.. aku inikan sahabatmu yang paling baik jadi……”
“
Ga’ usah ngayal deh, udah ah aku pergi dulu masih ada jam kuliah, dach….”
Potong lyan sambil melangkah pergi meninggalkan mitha yang masih
kedumal-kedumil sendiri di sudut pohon cemara.
Pagi masih terasa di ujung peraduan,
kabut tebal menghalangi birunya awan, tetesan embun mulai habis dipucuk
dedaunan, sang mentari kian lebar menampakkan seulas senyum simpulnya diiringi
melodi lembut nan merdu dari ufuk timur cahaya.
KRIIIIIINNGG……
“
Aduh.. apaan sih berisik banget “ omel lyan dengan mata masih terpejam,
diulurkan tangannya untuk mengambil jam wacker yang masih berdering di gendang
telinganya, ketika ia tersadar, matanya terbelalak tatkala melihat jarum jam
menunjukkan angka 08.00
“
Ahhh..aduh gimana nih aku telat “ lyan secepat kilat menuju kamar mandi,
setelah selesai ia bergegas ganti baju dan berjalan menuju mobilnya, kuncipun
dipasang dan lyan segera tancap gas meninggalkan rumahnya. Lyan mengendarai
mobilnya dengan cepat, dari arah berlawanan terdapat mobil yang melaju kencang
dan akhirnya mobil lyan tertabrak, lyan terpelanting keluar, darah mengalir
deras disekujur tubuhnya, mobil yang menabraknya itu pergi begitu saja dan
tanpa sengaja melindas tangan kanannya. Kerumunan orang bergegas menolong lyan
dan membawanya ke rumah sakit. Dua jam kemudian, lyan terbangun dari
pingsannya, ia terkejut ketika melihat mitha ada disampingnya.
“
Mitha “ ucap lyan
“
Ga’ usah banyak bergerak, tubuh kamu masih lemah “ perintah mitha
“
Kok aku bisa ada disini “ Tanya lyan
“
Tadi kamu kecelakaan, makanya kamu sekarang ada disini, jadi…kalau kamu bawa
mobil itu hati-hati dong, jangan ngelamun nanti jadi kayak gini deh “ canda
mitha untuk menyegarkan suasana
“
Maaf,,, mungkin memang aku ga’ hati-hati, tapi tanganku yang kanan sakit
sekali, sulit untuk digerakkan “ mitha terdiam mendengar ucapan lyan. Ia
bingung harus mengatakan apa, ia takut jika mengatakan yang sejujurnya lyan
akan sedih.
“
Mitha,, kok kamu diam saja sih, ada apa? Lyan memaksa mitha untuk menjawab
pertanyaannya.
“
Maaf lyan, mungkin aku harus terus terang sama kamu, kata dokter tangan kanan
kamu patah dan kemungkunan harus diamputasi”.
“
Apa…” airmata lyan pecah sudah, ia menangis, ia tidak percaya dengan apa yang
dikatakan mitha
“
Bohong…kamu bohong…kamu pasti bohongkan mit, jawab mitha.. kamu bohongkan ?”
“
Maafkan aku yan, maafkan aku “
“
Kamu tahukan mit, hari ini aku launcing novel terbaruku “
“
Aku tahu yan, aku tahu, tapi semua ini sudah terjadi, ini diluar kendali kita “
AHHHH….
Lyan berteriak histeris, mitha menangis melihat sahabatnya itu, ia memeluknya
dengan erat, ia juga sedih impian yang selama ini dibangun lyan dengan susah
payah hancur seketika.
Hari demi hari lyan lalui dengan
keputusasaan, kuliahnya berantakan, ia selalu menyendiri dan tidak pernah
keluar rumah, dari kejauhan terdengar derap langkah mitha menghampiri lyan yang
sedang duduk diatas sofa.
“
Yan..” tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya
“
Lyan..kapan kamu masuk kuliah lagi,semua temen-temen pada nanyain kamu “
“
Yan, apa kamu tidak lelah seperti ini terus, ini bukan akhir dari segalanya,
kamu masih punya bakat “
“
Bakat apa ? “ potong lyan
“
Kamu itu seorang penulis “
“
Penulis… aku bukan penulis, mana mungkin seorang penulis bisa menghasilkan
karya tanpa adanya tangan “ sahut lyan denagn nada putus asa
“
Kok kamu berpikiran seperti itu sih lyan “
“
Memang kenyataannya seperti itu mit, aku tidak punya tangan “
“
Lyan.. jangan pernah beranggapan kalau penulis tidak bisa menghasilkan karya
tanpa adanya tangan, kamu masih punya tangan kiri, tangan itu hanya perantara,
yang kamu butuhkan sekarang ini hanya tekad yang besar untuk tetap terus
berkarya dengan kekurangan yang kamu miliki ini “
“
kamu tidak mengerti perasaanku mit, tangan ini berarti banget untuk aku, tanpa
tangan ini aku tidak bisa menulis, aku tidak bisa berkarya, aku tidak bisa
apa-apa mit “
“
Aku mengerti yan, tapi kamu tidak boleh seperti ini terus, kamu harus bangkit,
aku tahu perasaanmu yan, aku juga sedih melihatnya “
“
Tinggalkan aku sendirian mit “ perintah lyan
“
Tapi yan “
“
Tinggalkan aku sendiri, aku mohon “ pinta lyan, mithapun akhirnya berlalu
meninggalkan lyan dengan linangan airmata kekecewaan. Satu bulan lebih lyan
tidak memberi kabar kepada mitha, mitha takut jika terjadi sesuatu pada lyan,
tapi rasa takut itupun sirna sudah saat ia mendapatkan sepucuk surat dari
sahabatnya.
TO
: Mitha
Hai
Mitha, apa kabar ? sudah lama ya kita tidak bertemu, bagaimana keadaanmu ?
baik-baik sajakan, aku mau minta maaf atas apa yang telah aku lakukan, aku
sadar tidak seharusnya aku berbuat itu sama kamu, ucapanmu memang benar bahwa
kekurangan yang kita miliki tidak akan menghambat impian kita jika kita punya
tekad yang besar, untuk itu aku berikan novel ini khusus buat kamu, aku
membuatnya satu bulan yang lalu dengan tangan kiriku walaupun awalnya susah
tapi lama kelamaan menjadi terbiasa, jadi maaf jika hasilnya tidak terlalu
bagus tapi aku senang bisa menyelesaikannya.
Mungkin
ini juga novelku yang terakhir, karena esok aku tidak bisa menulis lagi, tidak
disampingmu lagi, tidak tertawa bersamamu lagi, aku bukan orang yang kuat dan
tegar seperti yang kamu lihat, sebenarnya aku lemah sangat lemah, aku mudah
putus asa, aku mudah menyerah, aku sulit menerima apapun yang membuatku merasa
kecil dan tidak ada gunanya, aku tidak ingin merepotkanmu, orang tuaku dan
semua orang yang aku cintai, aku tidak ingin menambah beban untuk mereka, aku
tidak ingin membuat mereka menangis dan susah karena aku, aku hanya ingin
membuat orang-orang yang aku cintai bahagia, untuk itu inilah akhir dari
perjalananku, maaf jika aku selalu membuatmu marah, kesal, sedih, dan menangis,
dibalik semua itu ada rasa sayang yang besar untukmu, aku menyayangimu karena
kau adalah sahabatku dan kau adalah
salah satu orang yang paling berarti dalam hidupku, selamat tinggal mitha kau
adalah sahabat terbaikku
FROM
: Lyan
No comments:
Post a Comment